TRIBUNJATENG.COM -- Kusno, warga Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga punya cara tersendiri dalam melestarikan kesenian wayang. Ia menggagas pendirian Umah Wayang yang merupakan Rintisan BUMDes di Desa Selakambang.
Sebagian ruang rumahnya disulap mirip museum yang berisi koleksi wayang. Tokoh-tokoh wayang kulit terpajang pada figura kaca di setiap petak dinding. Dari situ, pengunjung bisa melihat ciri fisik wayang hingga karakter tokoh tersebut ketika diperankan dalam pagelaran.
Kusno mengatakan, gagasan ini berawal dari keluhan para guru terkait implementasi metode kurikulum 2013.“Dari kurikulum itu, tidak hanya disesali atau direnungkan, tapi butuh tindakan. Teman-teman guru kita banyak terbantu dengan adanya Rumah wayang ini sebagai metode pembelajaran kepada siswanya,” katanya, Selasa (16/7).
Pengenalan wayang secara langsung ini bisa berdampak positif pada pengunjung karena penuh dengan nilai-nilai dan karakter. Tempat ini pun menjadi rujukan para guru bersama siswa untuk mencari referensi khsususnya dalam mata pelajaran Bahasa Jawa dari berbagai jenjang pendidikan. Termasuk anak TK dan Paud yang diberi kesempatan untuk memukul perangkat gamelan dan bermain wayang.
“Dengan adanya alat peraga sehingga dalam mengajar tidak verbalisme (ceramah). Tujuannya juga menanamkan cinta budaya, karena wayang ini sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia yang diakui oleh Unesco,” ujar Kusno.
Selain wayang kulit, di rumah itu pun tersedia wayang golek buatan almarhum Eyang Hartono yang juga asli Selakambang.
Wayang golek ini ada yang menampilkan tokoh Ramayana, Rama dan Shinta sering dikaitkan sebagai simbol cinta yang abadi.Selain itu, ada wayang Golek Menak dari sejarah masa Islam yang dikenal semisal tokoh Amir Hamzah, Umar Maya, juga Lamdaur (Raja Israel).
Khusus untuk warga Purbalingga, menurut Kusno, ada dua tokoh yang umum disukai, yaitu Semar dan Wisanggani. Ia terlihat dari kebanyakan penduduk Purbalingga lebih sering didapati memajang tokoh-tokoh tersebut di rumah mereka.
Menurut dia, ketika masyarakat berani memasang tokoh itu, mereka berusaha mencitrakan dirinya seperti tokoh itu. Dengan memasang wayang Semar misalnya, berarti seorang merasa harus berwatak sabar seperti karakter Semar.
“Kalau Wisanggeni, dewa yang garis tengah, kalau salah ya salah kalau benar ya benar, bahkan saat Bethara Guru melenceng dari undang-undang, Wisanggeni adalah pengingat," tuturnya.
Tidak hanya wayang, ia juga merevitalisasi sebuah bunker bawah tanah di belakang rumahnya. Konon, bunker itu dulu tempat persembunyian masyarakat ketika tentara Jepang ingin menjarah bahan pangan yang dimiliki warga. Bunker itu kini disulap semacam museum mini yang menyimpan berbagai perkakas kuno.
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyampaikan, Umah Wayang ini merupakan Destinasi Wisata Edukasi sebagai sarana pembelajaran bagi siswa. Khususnya edukasi terkait tokoh pewayangan, termasuk perangkat gamelan dan proses pengrajin membuat wayang.
“Rumah ini bisa menjadi destinasi wisata untuk mempelajari tokoh pewayangan, belajar bareng bagaimana membuat wayang, dan bisa kenal lebih dekat warisan budaya dunia asli Indonesia ini,” katanya saat mengunjungi rumah wayang. (khoirul muzakki)
Hasil Pencarian Tipis Gambar Wayang Rumah
Maaf, barangnya tidak ketemu
Coba cek lagi kata pencarianmu.
Hasil Pencarian Kuno Gambar Wayang Rumah
Maaf, barangnya tidak ketemu
Coba cek lagi kata pencarianmu.
PURBALINGGA – Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM bersama suami, Rizal Diansyah SE diajak seniman lokal Ki Tulus Owah untuk mengunjungi Umah Wayang Watukambang (Rintisan BUMDes)milik Kusno di Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Minggu (15/7). Rumah yang menyerupai museum ini, bupati dikenalkan berbagai perihal tentang pewayangan.
Mulai dari tokoh-tokoh wayang kulit yang terpajang di figura kaca setiap petak dinding. Dari situ dapat melihat ciri fisik wayang hingga karakter/watak/kebiasaan tokoh tersebut ketika diperankan dalam pagelaran. Mulai dari tokoh wayang yang ber watak baik maupun kurang baik.
Kusno mengaku digagasnya Umah Wayang ini bermula keluhan dari rekan rekan guru dengan implementasi metode kurikulum 2013. “Dari kurikulum itu, tidak hanya disesali atau direnungkan, tapi butuh tindakan. Teman-teman guru kita banyak terbantu dengan adanya Rumah wayang ini sebagai metode pembelajaran kepada siswanya,” katanya kepada Bupati.
Melalui pengenalan wayang secara langsung ini, menurutnya penuh dengan nilai-nilai dan karakter. Beberapa guru bersama siswa yang sering berkunjung di tempat ini untuk mencari referensi khsususnya dalam mata pelajaran Bahasa Jawa dari berbagai jenjang pendidikan. Termasuk anak TK dan Paud sekalipun hanya untuk memukul perangkat gamelan dan bermain wayang.
“Dengan adanya alat peraga sehingga dalam mengajar tidak verbalisme (ceramah). Dengan demikian tujuannya juga menanamkan cinta budaya, salah satunya ada cinta negara karena termasuk ada di dalamnya, karena wayang ini sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia yang diakui oleh Unesco,” katanya.
Tidak hanya wayang kulit, tersedia juga wayang golek buatan Alm Eyang Hartono yang juga asli Selakambang. Wayang golek baik dari tokoh Ramayana, dimana Rama dan Shinta sering dikaitkan sebagai simbol cinta yang abadi. Selain itu juga Wayang Golek Menak dari sejarah masa Islam yang dikenal ada tokoh seperti Amir Hamzah, Umar Maya, juga Lamdaur (Raja Israel).
Ditanya tokoh wayang apa yang ikonik khas masyarakat Purbalingga oleh Bupati, Kusno menjawab ada 2 tokoh yang umumnya disukai masyarakat Purbalingga, yaitu Semar dan Wisanggani. Hal itu didasari pengamatannya kebanyakan penduduk Purbalingga lebih sering didapati memajang tokoh-tokoh tersebut di rumah mereka.
Dengan kata lain, ketika mereka berani memasang tokoh itu, maka mereka berusaha mencitrakan diri sendiri. Misal dia memasang wayang Semar maka dia merasa harus berwatak sabar seperti Semar yang penyabar.
“Kalau Wisanggeni, dewa yang garis tengah, dimana kalau salah ya salah kalo benar ya benar, bahkan saat Bethara Guru melenceng dari undang-undang, Wisanggeni adalah pengingat. Tokoh yang sering dipajang oleh penduduk-penduduk warga Purbalingga. Berarti orang sini cinta dengan kesabaran (Semar) dan pengingat kebenaran (Wisanggani),” katanya.
Tidak hanya wayang di belakang rumahnya, ia juga merevitalisasi sebuah bunker bawah tanah. Bunker itu dulunya adalah tempat persembunyian masyarakat ketika tentara Jepang ingin menjarah bahan pangan yang dimiliki oleh warga. Bunker itu kini disulap semacam museum mini yang menyimpan berbagai perkakas kuno.
Sementara itu, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM menyampaikan Umah Wayng ini merupakan Destinasi Wisata Edukasi sebagai sarana pembelajaran bagi siswa siswa. Khususnya edukasi terkait tokoh pewayangan, termasuk perangkat gamelan dan proses pengrajin membuat wayang.
“Kami selaku pemerintah sangat mengapresiasi. Tentu kami atas nama pemerintah mendukung apa yang dilakukan bapak Kusno ini, ke depan pemerintah juga siap memfasilitasi. Ketika nanti ada polesan-polesan sedikit di rumah ini, apa lagi sebentar lagi ada bandara, rumah ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang wisatawan bisa hadir untuk mempelajari tokoh pewayangan, belajar bareng bagaimana membuat wayang, dan sebagainya dan bisa kenal lebih dekat warisan budaya dunia asli Indonesia ini,” katanya.(Gn/Humas)
DESA WISATA UMAH WAYANG SELAKAMBANG
“ Petualangan Seni Tradisi di Desa Adat dan Budaya ”
Desa Wisata Umah Wayang merupakan wisata tematik budaya yang terletak di Desa Selakambang, kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Masyarakat Desa Selakambang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yang tidak jauh dari aktifitas bentuk budayanya. Masyarakat desa yang gemar berkesenian inilah yang membuat kami menemukan titi temu agar desa kami menjadi desa yang berkembang melalui Petualangan Seni Tradisi di Desa Adat dan Budaya Desa Selakambang, kolaborasi budaya dan alam desanya.
Selamat datang di Desa Wisata Selakambang..
Desa yang menawarkan petualangan wisata berbasis budaya dan alam desanya. Pengunjung dapat menikmati sudut desa dengan berbagai situs Sejarah atau Cagar Budaya peninggalan leluhur yang masih tersusun dan terawat dengan baik. Budaya yang indah menjadi bagian dari pertunjukan kami seperti, ebeg purbalingga, lengger, wayang dan lainnya. Objek-objek yang terdapat di Desa Selakambang sebagai bagiian dari petualangan yang tak terlupakan bagi penikmatnya, antara lain Umah wayang Kemukusan, Objek Watu Kambang, dan Taman Gembrungan.
Umah wayang kemukusan, didirikan oleh Kusno seorang Guru SD dan Pegiat Budaya Desa Selakambang. Beliau mendedikasikan baktinya kepada desa melalui sanggar seni-nya yang dijadikan sebagai salah satu objek wisata budaya sebagai wujud pelestarian generasi pecinta seni yang ada di Desa Selakambang. Umah wayang dijadikan ruang hidup seni bagi pengunjung yang ingin memperdalam dan mempelajari seni budaya banyumasan. Antara lain edukasi gamelan, wayang, permainan tradisional, lengger dan lainnya.
Objek watu kambang, yang dikaitkan dengan tempat leluhur Kyai Purwa Suci yang memperjuangkan keutuhan desa dari para penjajah atau colonial. Di sini kita bisa melihat gumpalan batu besar yang terjadi adanya letusan gunung purba yang ada di Kabupaten Purbalingga.
Taman Gembrungan, Gembrung berasal dari bunyi meriam. Disini tepat terjadinya perang antara pasukan diponegoro melawan sekutu dari Belanda dalam perebutan batas wilayah kekuasaan, yang kita kenal dengan istilah “Perang Bithing”. Taman gembrungan dijadikan salah satu wisata Sejarah selain itu terdapat Pendopo Budaya dan Griya Umkm Desa Selakambang.
Desa selakambang sejuta budaya, mari berkunjung dan nikmati petualangannya. Selakambang mbleketaket gawe kangen !!
Alam Desa Asri - Desa Adat Berbudaya, Sensasi hidup berdampingan dengan masyarakat desa dalam berkehidupan.
Saat adanya Festival di Desa Selakambang
SERAYUNEWS – Penasaran berapa harga dan paket wisata Umah Wayang di Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang di Purbalingga yang belum lama ini meraih penghargaan bergengsi?
Simak selengkapnya berikut ini.
Belum lama ini, Desa Selakambang yang punya destinasi wisata sejarah berupa umah wayang telah mendapatkan prestasi berupa juara 1 Desa Wisata pada gelaran Festival Gunung Slamet (28-30 Juli 2023).
Prestasi tersebut diberikan oleh Angkasa Pura II sebagai apresiasinya kepada Desa Selakambang Purbalingga yang suskses kelola wisata penuh edukasi di daerahnya.
Karena prestasi tersebut, kini ramai orang penasaran ada wisata apa saja di Desa Selakambang dan berapa harganya?
Harga dan Paket Wisata di Umah Wayang Desa Selakambang Purbalingga Terbaru 2023
Berikut telah tim Serayunews rangkum berapa dan apa saja paket wisata di Desa Selakambang dengan daya tarik utamanya yaitu umah wayang:
Sebagai catatan, jika kamu berminat mengunjungi umah wayang di Desa Selakambang, kamu bisa cek rute menuju lokasinya menggunakan google maps dan bertanya pada pengelola setempat. Semoga bermanfaat***
MERCUSUAR.CO, Purbalingga – Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang mendapat gelar juara I pada ajang Gelar Desa Wisata Purbalingga Tahun 2023.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Selakambang, Kusno berkata desa wisata yang dikelolanya dengan ikon utama ialah wisata tematik budaya yaitu Umah Wayang Kemukusan.
Umah Wayang Kemukusan semula yaitu rumah biasa dengan style joglo namun setelah disulap menjadi museum budaya spesialnya aneka wayang.
“Paket wisata di Desa Wisata Selakambang antara lain paket wisata atraksi, paket wisata jalur situs budaya, paket wisata game anak serta paket bermain perlengkapan musik karawitan serta wayang,” kata Kusno yang pula pegiat seni desa setempat.
Kusno menambahkan, di Desa Selakambang pula terdapat petilasan bernama Watu Gong yang berhubungan dengan perlengkapan musik gong. Pengaitan ini bukan tanpa sebab, terdapatnya petilasan tersebut disimpulkan kalau warga Desa Selakambang bahagia mencermati serta memainkan perlengkapan musik gamelan.
“Perihal ini pula tidak terlepas dari banyaknya tokoh seniman karawitan serta pedalangan di desa Selakambang ini,” jelasnya
Kepala Dinas Pemuda, Berolahraga, serta Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga, Ir. Prayitno menjelaskan desa Selakambang yang mencapai nilai 2.390 sanggup menyisihkan 7 desa wisata yang lain.
“Juara I dalam ajang ini, berikutnya akan menjajaki gelar desa wisata tingkatan Jawa Tengah yang berlangsung di Desa Wisata Pekunden, Kabupaten Banyumas,” katanya (30/ 7) lalu.
Dipaparkan Prayitno, aspek evaluasi pada gelar desa wisata ini mengacu profil desa wisata serta kelembagaan, paket wisata, atraksi seni serta budaya desa wisata, dan gelar produk serta stand pameran.
“Buat aspek evaluasi profil desa serta kelembagaan dan paket wisata, sudah dicoba satu bulan lebih dahulu. Lagi aspek evaluasi atraksi seni budaya, gelar produk serta stan pameran dicoba pada Jum’at-Sabtu (28-29/ 7) bertepatan dengan penerapan Festival Gunung Slamet,” jelasnya.
Prayitno melanjutkan, ajang gelar desa wisata sekaligus untuk evaluasi seberapa siap sebuah desa untuk terus-menerus melayani wisatawan dan inovasi yang dilakukan dengan menelurkan paket wisata baru yang tidak monoton.
Update terakhir tentang batas desa telah dilaksanakan serentak seluruh wilayah Kabupaten Purbalingga melalui penetapan batas desa tahun ini. Dimana nantinya peta wilayah antar desa akan ditetapkan dengan Peraturan maupun Surat Keputusan Bupati Purbalingga. Sehingga diharapkan tidak terjadi lagi sengketa batas desa, terutama desa-desa yang dibatasi dengan alam (sungai, hutan, gunung)
3. Ukuran Standar Tanah
Cengkal, adalah satuan yang digunakan secara umum maupun lokal untuk mengukur tanah. Panjang cengkal adalah 3.75 meter. Untuk memperoleh jumlah ubinan yang merupakan satuan umum luas tanah, makan 1 x 1 cengkal (3.75 x 3.75) diperoleh angka 14.0625 m2. Hasil perkalian ini dibulatkan keatas menjadi 14 m2. Sehingga sampai saat ini satuan umum yang dijadikan patokan per ubin adalah 14 m2.
Baon atau Bau, adalah satuan luas untuk menghitung jumlah luas tanah. Pada umumnya jumlah luas satu bau antar wilayah agak berbeda. Namun kebanyakan menggunakan standar yang sama yaitu 500 ubin. Jadi sama saja 1 bau berisi 7.000 m2. Jika pada saat ini luas Bengkok Kepala Desa Cilapar adalah 10 bau, maka luasnya adalah 5.000 ubin, atau 70.000 m2. Atau dalam satuan are adalah 7 hektare.
Dalam pengelolaan tanah, masyarakat lazim menggunakan sistem sewa per musim. Hal ini sudah menjadi kebiasaan yang lumrah. Hal ini menjadikan musim tanam dapat dikatakan serentak, begitu pula pada saatnya tanah dikemplang atau diistirahatkan untuk menghindari serangan hama yang bersifat kontinyu atau berkelanjutan. Memang disatu sisi merugikan pihak pemilik tanah, dan menguntungkan bagi para penyewa. Itu sebabnya harga sewa tanah sawah di Desa Cilapar dan hamparan sekitarnya mengalami peningkatan harga dari tahun ke tahun. Dari awal 2005 yang hanya 2.500/ubin per musim, hingga saat ini berkisar pada 12.500/ubin per musim.
Di Desa Cilapar, jumlah luasan sawah adalah 150 hektare yang dikoordinir oleh 4 kelompok tani. Seluruhnya menggunakan air irigasi Bendung Krenceng yang merupakan aliran sungai Pekacangan. Pengelolaan air sepenuhnya dikoordinir oleh Paguyuban Petani Pemakai Air (P3A) Dharma Tirta yang saat ini diketuai oleh Bariyanto Daryanto yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Toto Raharjo Desa Cilapar. Dibantu juga oleh Basuki yang ditugaskan oleh Kepala Desa Cilapar sebagai Ulu-Ulu atau Petugas Pembagi Air.
Saluran sekunder Irigasi Bendung Krenceng Kanan, berakhir di Desa Cilapar. Adapun saluran tersier yang ada sejumlah 10 (sepuluh), yaitu saluran Karang Sengon Blok 17, Saluran Karang Sengon Blok 16, Saluran Siwolu Blok 15, Saluran Dawuhan Blok 14, Saluran Bengkok Lurah Blok 13 dan 12, Saluran Bengkok Carik Blok 8-9, Saluran Anggadipan Blok 8-9, Saluran Bungkus Blok 6, Saluran Timbangan Blok 7, dan Saluran Gempol Blok 4. Dari sepuluh saluran ini, ada 3 saluran yang sudah permanen yaitu :
Adapun yang saluran yang masih berupa tanah adalah Saluran Karang Sengon Blok 17, Saluran Karang Sengon Blok 16, Saluran Dawuhan, Saluran Timbangan, dan Saluran Gempol. Adanya saluran yang masih berupa tanah ini, Pemerintah Desa berupaya untuk membangunnya melalui program RJIT (Rehab Jaringan Irigasi Tanah) setiap tahunnya guna menjamin kelancaran distribusi air ke petak-petak sawah.