TRIBUNNEWS.COM - Inilah nama-nama Malaikat Allah beserta tugas yang dikerjakannya.
Allah Swt menciptakan Malaikat dari nur atau cahaya dengan berbagai keistimewaan serta tugasnya masing-masing.
Tugas Malaikat tersebut ditujukan untuk seluruh makhluk hidup yang ada di dunia.
Dikutip dari Buku Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 2 SD Kurikulum Merdeka, Malaikat memiliki sifat yang baik dan selalu taat kepada Allah Swt.
Selain itu, Malaikat juga tak pernah membangkang terhadap tugas yang diberikan oleh Allah Swt.
Sebagai umat muslim yang taat, maka wajib beriman kepada Malaikat-malaikat Allah, terutama 10 nama Malaikat berikut ini:
Baca juga: Tugas Malaikat Ruh al-Qudus atau Malaikat Jibril, Berikut Sifat dan Perilaku Malaikat
Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu pada para rasul Allah SWT.
Di dalam Al-Qur'an, Malaikat Jibril disebutkan sebanyak tiga kali.
Malaikat Jibril juga memiliki nama lain, yaitu Ruhulkudus dan Ruhulamin.
Selain menyampaikan wahyu, Malaikat Jibril juga bertugas untuk meniupkan ruh pada setiap janin yang ada pada tubuh manusia.
Malaikat Jibril juga bertugas untuk membawa rahmat.
Rahmat itu ditujukan kepada mereka yang senantiasa menjaga kesucian ketika tiba sakaratul maut.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman”. QS. Al-Baqarah ayat 97.
TIGA MALAIKAT AGUNG ALLAH
(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung,
Rabu, 29 September 2021)
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.
Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:9-10,13-14)
Bacaan Pertama alternatif: Why 12:7-12a; Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51
Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, para pelayan Allah gagah-perkasa, yang memainkan peranan penting dalam rencana-penyelamatan-Nya. Saudari-saudara kita Kristiani yang bukan Katolik tentu hanya mengenal dua nama saja. Nama Rafael muncul dalam Kitab Tobit yang tidak ada dalam Alkitab mereka. Menurut tradisi Yahudi ada tujuh Malaikat Agung, yaitu Uriel, Rafael, Raguel, Mikael, Sariel, Gabriel dan Remiel (kalau ada waktu, silahkan membaca tentang hal itu di Encyclopaedia Britannica). Nama-nama yang terdapat dalam Wikipedia tentang para malaikat agung dalam Yudaisme juga berjumlah 7 (tujuh) walaupun dengan sedikit perbedaan. Dalam Kitab Tobit (Deuterokanonika), Rafael memperkenalkan dirinya kepada Tobit dengan berkata: “Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat di hadapan Tuhan yang mulia” (Tob 12:15). Jadi, dari sejak awal saya tegaskan bahwa penghormatan kepada tiga malaikat agung tidak boleh menyebabkan kita tidak menghormati para malaikat agung yang tidak disebutkan namanya, dan juga para mahkluk surgawi lainnya.
Dalam zaman modern di mana kita manusia cenderung untuk mempertimbangkan hampir segalanya (kalau tidak mau dikatakan ‘segala-galanya’) dari suatu perspektif duniawi, maka pesta seperti ini mengingatkan kita akan keberadaan malaikat dan/atau berbagai makhluk surgawi yang disebut “singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa” (lihat Kol 1:16), juga tentang “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan” (Ibr 1:14).
Sampai berapa seringkah kita berpikir tentang para malaikat, yang dikatakan oleh sejumlah orang kudus mempunyai tingkatan-tingkatan itu? Mungkin karena pengaruh film-film horor, rasanya lebih mudahlah untuk menerima realitas Iblis dan roh-roh jahatnya (sesungguhnya adalah para mantan malaikat yang berontak) daripada makhluk-makhluk surgawi ini yang setia kepada Allah. Akan tetapi, sementara kita merayakan pesta para malaikat agung pada hari ini, baiklah kita mempertimbangkan peranan yang mereka mainkan seperti yang dikemukakan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK): “Bahwa ada makhluk rohani tanpa badan, yang oleh Kitab Suci biasanya dinamakan ‘malaikat’, adalah suatu kebenaran iman. …… Sampai Kristus datang kembali, pertolongan para malaikat yang penuh rahasia dan kuasa itu sangat berguna bagi seluruh kehidupan Gereja” (KGK 328, 334).
Malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah, yang selalu memandang wajah Bapa di surga (Mat 18:10), sehingga sang pemazmur menulis: “Pujilah TUHAN (YHWH), hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya” (Mzm 103:20; lihat KGK 329). Sebagai makhluk rohani murni mereka mempunyai akal budi dan kehendak mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan (KGK 330). Karena para malaikat dipanggil untuk membantu memajukan kerajaan Allah, maka tidak salah kalau kita berkesimpulan bahwa mereka mempunyai peranan juga dalam kehidupan umat Allah – anda dan saya.
Pada kenyataannya, apakah kita menyadarinya atau tidak, kehidupan kita dikelilingi oleh para malaikat, apakah melalui bisikan nurani kita atau saat-saat berkat yang tidak kita sangka-sangka dan harap-harap atau perlindungan. “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan” (KGK 336).
Apabila kita mempertimbangkan bagaimana para malaikat memandang wajah Allah (lihat Mat 18:10), maka kita; akan melihat doa kita dari terang yang berbeda. Bayangkanlah, setiap kali and berdoa dan sujud menyembah Allah, para malaikat ada di sana, berdoa bersama anda. Sebagaimana para gembala melihat sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus (Luk 2:8-14), kita pun bergabung menyanyikan lagu penyembahan bersama mereka setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus (KGK 335). Banyak sekali malaikat menggabungkan diri dengan suara kita dalam paduan suara surgawi setiap kali kita dalam Misa kita bernyanyi: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga!” (lihat Yes 6:3; bdk. Why 4:8).
Para malaikat dapat menjadi mata rantai yang menghubungkan kita dengan surga, maka pandanglah ke atas! Doa-doa anda mempunyai nilai yang besar. Anda dapat menggabungkan diri dengan sejumlah besar malaikat yang sujud menyembah Allah, apakah dalam Misa Kudus atau pada saat anda berdoa secara pribadi, dan doa anda itu dapat membawa “hujan berkat” dari Allah ke atas bumi.
DOA: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah semesta alam. Dengan penuh ketakjuban dan hormat, kami semua sujud menyembah Engkau dalam kemuliaan-Mu. Perkenankanlah suara kami bergabung dengan paduan suara surgawi para malaikat dalam memuji-muji kemuliaan-Mu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami bacaan Pertama hari ini (Why 12:7-12), bacalah tulisan yang berjudul “PESTA PARA MALAIKAT AGUNG YANG KITA RAYAKAN HARI INI” (bacaan tanggal 29-9-21) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 21-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2021.
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-0-20 dalam situs/blog SANG SABDA)
Cilandak, 28 September 2021 [Peringatan Fakultatif S. Wenseslaus, Martir, S. Laurensius Ruiz, dkk. Martir di Jepang]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
TIGA PELAYAN ALLAH YANG GAGAH PERKASA
(Bacaan Pertama Misa Kudus, Pesta S. Mikael, Gabriel, dan Rafael, Malaikat Agung – Jumat, 29 September 2018)
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar; suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab.
Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah. (Dan 7:9-10,13-14)
Bacaan Pertama alternatif: Why 12:7-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 138:1-5; Bacaan Injil: Yoh 1:47-51
Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung, para pelayan Allah gagah-perkasa, yang memainkan peranan penting dalam rencana-penyelamatan-Nya. Saudari-saudara Kristiani yang bukan Katolik tentu hanya mengenal dua nama saja. Nama Rafael muncul dalam Kitab Tobit yang tidak ada dalam Alkitab mereka. Menurut tradisi Yahudi ada tujuh Malaikat Agung, yaitu Uriel, Rafael, Raguel, Mikael, Sariel, Gabriel dan Remiel (kalau ada waktu, silahkan membaca tentang hal itu di Encyclopaedia Britannica). Rafael memperkenalkan dirinya kepada Tobit dengan berkata: Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat di hadapan Tuhan yang mulia” (Tob 12:15).
Dalam zaman modern di mana kita manusia cenderung untuk mempertimbangkan hampir segalanya (kalau tidak mau dikatakan ‘segala-galanya’) dari suatu perspektif duniawi, maka pesta seperti ini mengingatkan kita akan keberadaan malaikat dan/atau berbagai makhluk surgawi yang disebut “singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa” (lihat Kol 1:16), juga tentang “roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang akan mewarisi keselamatan” (Ibr 1:14).
Sampai berapa seringkah kita berpikir tentang para malaikat, yang dikatakan oleh sejumlah orang kudus mempunyai tingkatan-tingkatan itu? Mungkin karena pengaruh film-film horor, rasanya lebih mudahlah untuk menerima realitas Iblis dan roh-roh jahatnya (sesungguhnya adalah para mantan malaikat yang berontak) daripada makhluk-makhluk surgawi ini yang setia kepada Allah. Akan tetapi, sementara kita merayakan pesta para malaikat agung pada hari ini, baiklah kita mempertimbangkan peranan yang mereka mainkan seperti yang dikemukakan dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK): “Bahwa ada makhluk rohani tanpa badan, yang oleh Kitab Suci biasanya dinamakan ‘malaikat’, adalah suatu kebenaran iman. …… Sampai Kristus datang kembali, pertolongan para malaikat yang penuh rahasia dan kuasa itu sangat berguna bagi seluruh kehidupan Gereja” (KGK 328, 334).
Malaikat adalah pelayan dan pesuruh Allah, yang selalu memandang wajah Bapa di surga (Mat 18:10), sehingga sang pemazmur menulis: “Pujilah TUHAN (YHWH), hai malaikat-malaikat-Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengarkan suara firman-Nya” (Mzm 103:20; lihat KGK 329). Sebagai makhluk rohani murni mereka mempunyai akal budi dan kehendak mereka adalah wujud pribadi dan tidak dapat mati. Mereka melampaui segala makhluk yang kelihatan dalam kesempurnaan (KGK 330). Karena para malaikat dipanggil untuk membantu memajukan kerajaan Allah, maka tidak salah kalau kita berkesimpulan bahwa mereka mempunyai peranan juga dalam kehidupan umat Allah – anda dan saya.
Pada kenyataannya, apakah kita menyadarinya atau tidak, kehidupan kita dikelilingi oleh para malaikat, apakah melalui bisikan nurani kita atau saat-saat berkat yang tidak kita sangka-sangka dan harap-harap atau perlindungan. “Sejak masa anak-anak sampai pada kematiannya malaikat-malaikat mengelilingi kehidupan manusia dengan perlindungan dan doa permohonan (doa syafaat)” (KGK 336).
Apabila kita mempertimbangkan bagaimana para malaikat memandang wajah Allah (lihat Mat 18:10), maka kita; akan melihat doa kita dari terang yang berbeda. Bayangkanlah, setiap kali and berdoa dan sujud menyembah Allah, para malaikat ada di sana, berdoa bersama anda. Sebagaimana para gembala melihat sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus (Luk 2:8-14), kita pun bergabung menyanyikan lagu penyembahan bersama mereka setiap kali kita merayakan Ekaristi Kudus (KGK 335). Banyak sekali malaikat menggabungkan diri dengan suara kita dalam paduan suara surgawi setiap kali kita dalam Misa kita bernyanyi: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Terberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga!” (lihat Yes 6:3; bdk. Why 4:8).
Para malaikat dapat menjadi mata rantai yang menghubungkan kita dengan surga, maka pandanglah ke atas! Doa-doa anda mempunyai nilai yang besar. Anda dapat menggabungkan diri dengan sejumlah besar malaikat yang sujud menyembah Allah, apakah dalam Misa Kudus atau pada saat anda berdoa secara pribadi, dan doa anda itu dapat membawa “hujan berkat” dari Allah ke atas bumi.
DOA: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah semesta alam. Dengan penuh ketakjuban dan hormat, kami semua sujud menyembah Engkau dalam kemuliaan-Mu. Perkenankanlah suara kami bergabung dengan paduan suara surgawi para malaikat dalam memuji-muji kemuliaan-Mu. Amin.
Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 1:47-51), bacalah tulisan yang berjudul “MIKAEL, GABRIEL DAN RAFAEL” (bacaan tanggal 29-9-18) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 18-09 BACAAN HARIAN SEPTEMBER 2018.
(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-9-17 dalam situs/blog SANG SABDA)
Cilandak, 26 September 2018 [Peringatan S. Elzear & Delfina, OFS]
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!